MASALAH KENAKALAN REMAJA DAN SOLUSINYA
(by Moh. Najmudin Ansori, S.Sos)
Masa remaja (adolesensi) adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, anak-anak mengalami pertumbuhan cepat disegala bidang. Mereka bukan lagi
anakanak, baik bentuk jasmani, sikap, cara berfikir, dan bertindak. Tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira pada umur
13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun.
Remaja merupakan salah satu tahap dalam
kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis, karena merupakan
tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini, gejolak
darah mudanya sedang bangkit. Keinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan
pengakuan dari keluarga serta lingkungan sedang tinggi-tingginya. Kadang untuk
mendapatkan pengakuan dari lingkungannya, remaja melakukan hal-hal yang diluar
etika dan aturan. Ia sedang mencari pola
hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda
coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering
menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan
dan, orangtuanya. Laporan “United Nations
Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders” yang bertemu di London pada 1960 menyatakan
adanya kenaikan jumlah juvenile
delinquency (kejahatan anak remaja) dalam kualitas kejahatan, dan
peningkatan dalam kegarangan serta kebengisannya yang lebih banyak dilakukan
dalam aksi-aksi kelompok daripada tindak kejahatan individual.
Fakta kemudianmenunjukkan bahwa semua
tipe kejahatan remaja itu semakin bertambah jumlahnya dengan semakin lajunya perkembangan industrialisasi dan urbanisasi.
Di kota-kota industri dan kota besar yang cepat berkembang secara fisik,
terjadi kasus kejahatan yang jauh lebih banyak daripada dalam masyarakat
“primitif” atau di desa-desa. Dan di negara-negara kelas ekonomis makmur,
derajat kejahatan ini berkorelasi akrab dengan proses industrialisasi.
Selanjutnya, gangguan masa remaja dan
anak-anak, yang disebut sebagai childhood
disorders dan menimbulkan penderitaan emosional minor serta gangguan
kejiwaan lain pada pelakunya, di kemudian hari bisa berkembang jadi bentuk
kejahatan remaja (juvenile delinquency). Sebagaimana yang sudah sering kita baca dari media massa dan elektronik,
kriminalitas yang dilakukan remaja sungguh merugikan orang banyak. Perkelahian
masal antar pelajar, narkoba, pergaulan bebas sampai pada perampokan dan
pembunuhan.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja
Ada beberapa faktor yang menjadi sumber
sebab kenakalan remaja. Faktor-faktor tersebut adalah:
1)
Faktor internal,
yaitu hal-hal yang bersifat intern yang berasal dari dalam diri remaja itu
sendiri. Baik sebagai akibat perkembangan atau pertumbuhannya maupun akibat dan
sesuatu jenis penyakit mental, atau penyakit kejiwaan yang ada dalam diri
pribadi remaja itu sendiri.
2) .Faktor eksternal, adalah hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan
remaja yang bersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan yaitu,
lingkungan sekitar, atau keadaan masyarakat
Kedua macam faktor tersebut perlu
mendapatkan perhatian dari para pembimbing dan penyuluh agama, oleh karena itu
satu sama lain saling berkaitan dalam proses perkembangan hidup remaja.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan,
banyak faktor penyebab terjadinya kenakalan pada anak yang dapat menyeret mereka pada dekandensi
moral dan ketidakberhasilan pendidikan mereka di dalam masyarakat, dan
kenyataan hidup yang pahit penuh dengan “kegilaan”. Betapa banyak sumber kejahatan
dan kerusakan yang menyeret mereka dari berbagai sudut dan tempat berpijak.
Upaya Penanggulangan
Kenakalan Remaja
Menurut M. Arifin penanggulangan
kenakalan remaja dapat dibagi dalam pencegahan yang bersifat umum dan
pencegahan yang bersifat khusus.
a.
Ikhtiar pencegahan yang bersifat umum meliputi:
1)
Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam
kandungan melalui ibunya.
2)
Setelah lahir, anak-anak perlu diasuh dan dididik dalam
suasana yang stabil, menggembirakan serta optimisme.
3)
Pendidikan dalam lingkungan sekolah, sekolah sebagai
lingkungan kenakalan dua sebagai tempat pembentukan anak didik memegang peranan
penting dalam mental, agama pengetahuan, dan keterampilan anak-anak didik.
Kesalahan dan kekurangan-kekurangan dalam tubuh sekolah sebagai tempat mendidik
bisa menyebabkan adanya peluang untuk timbulnya kenakalan remaja.
4)
Pendidikan di luar sekolah dan rumah tangga. Dalam
rangka mencegah atau mengurangi timbulnya kenakalan remaja akibat penggunaan
waktu luang yang salah, maka pendidikan diluar instansi tersebut diatas mutlak
perlu ditingkatkan.
5)
Perbaikan lingkungan dan kondisi sosial.
b.
Usaha-usaha Pencegahan yang bersifat khusus
Untuk menjamin ketertiban umum,
khususnya dikalangan remaja perlu diusahakan kegiatan-kegiatan pencegahan yang
bersifat khusus dan langsung sebagai berikut:
1)
Pengawasan
2)
Bimbingan dan Penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan
secara intensif terhadap orang tua dan para remaja agar orangtua dapat
membimbing dan mendidik anak-anaknya secara sungguh-sungguh dan tepat agar para
remaja tetap bertingkah laku yang wajar.
3)
Pendekatan-pendekatan khusus terhadap remaja yang sudah
menunjukkan gejala-gejala kenakalan perlu dilakukan sedini mungkin. Sedangkan
tindakan represif terhadap remaja nakal perlu dilakukan pada saat-saat tertentu
oleh instansi Kepolisian R.I bersama Badan Peradilan yang ada. Tindakan ini
harus dijiwai dengan rasa kasih sayang yang bersifat mendidik terhadap mereka,
oleh karena perilaku nakal yang mereka perbuat adalah akibat produk dari
berbagai faktor intern dan extern remaja yang tidak disadari dapat merugikan
pribadinya sendiri dan masyarakatnya.
Jadi tindakan represif ini harus
bersifat paedagogis, bukan bersifat “pelanggaran” ataupun “kejahatan”. Semua
usaha penanggulangan tersebut hendaknya didasarkan atas sikap dan pandangan
bahwa remaja adalah hamba Allah yang masih dalam proses
perkembangan/pertumbuhan menuju kematangan pribadinya yang membutuhkan
bimbingan dari orang dewasa yang bertanggung jawab.
Menurut Prof. Zakiah Daradjat,
faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja perlu mendapat penanggulangan sedini
mungkin dari semua pihak, terutama orang tua, karena orang tua merupakan basis
terdepan yang paling dapat mewarnai
perilaku anak. Untuk itu suami istri harus bekerja sama sebagai mitra
dalam menanggulangi kenakalan remaja. Yang perlu mendapat perhatian sebagai
berikut:
Pertama, adalah soal peningkatan
pendidikan Agama. Pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, sejak si
anak masih kecil. Kadang-kadang orang menyangka bahwa pendidikan agama itu terbatas kepada
ibadah, sembahyang, puasa, mengaji, dan sebagainya. Padahal pendidikan agama
harus mencakup keseluruhan hidup dan menjadi pengendali dalam segala tindakan.
Bagi orang yang menyangka bahwa agama itu sempit, maka pendidikan agama anak
dicukupkannya saja dengan memanggil guru mengaji ke rumah, atau menyuruh
anaknya pergi belajar mengaji ke sekolah atau ke tempat-tempat kursus lainnya.
Padahal yang terpenting dalam pembinaan jiwa agama adalah keluarga dan harus
terjadi melalui pengalaman hidup si anak dalam keluarga. Apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, oleh si anak sejak ia kecil akan memengaruhi pembinaan
mentalnya.
Menurut Zakiah Daradjat, supaya
pembinaan jiwa agama itu betul-betul dapat membuat kuatnya jiwa si anak untuk
menghadapi segala tantangan zaman dan suasana dikemudian hari, hendaknya ia
dapat terbina sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan sampai ia mencapai usia
dewasa dalam masyarakat. Untuk itu, kiranya pemerintah pemimpin masyarakat,
alim ulama dan para pendidik juga mengadakan usaha peningkatan pendidikan agama
bagi keluarga, sekolah dan masyarakat.
Perkembangan
agama pada masa anak, terjadi
melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga,
di sekolah, dan dalam masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman yang
bersifat agama (sesuai dengan ajaran agama) dan semakin banyak unsur agama,
maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan
ajaran agama.
Kedua, orang tua harus mengerti
dasar-dasar pendidikan. Menurut Zakiah Daradjat, apabila pendidikan dan
perlakuan yang diterima oleh si anak sejak kecil merupakan sebab-sebab pokok
dari kenakalan anak-anak, maka setiap orangtua haruslah mengetahui dasar-dasar
pengetahuan, minimal tentang jiwa si anak dan pokok-pokok pendidikan yang harus
dilakukan dalam menghadapi bermacam-macam sifat si anak. Untuk membekali orang
tua dalam menghadapi persoalan anak-anaknya yang dalam umur remaja, orang tua
perlu pengertian sederhana tentang ciri-ciri remaja atau psikologi remaja.
[1] Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama..., hlm. 81.
[2] Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama..., hlm. 82.
[3]
Daradjat, Kesehatan Mental..., hlm.
120.
[4] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Cet.16, (Jakarta: Bulan
Bintang, 2003), hlm. 66.
[1] M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama ..., hlm. 81-82.
[2] Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, terj.
Jamaluddin Mirri, “Pendidikan Anak Dalam
Islam” Jilid 1, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1992), hlm. 113.
[1] Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja,
(Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2014), Cet. 13, hlm. 3-4.
Komentar
Posting Komentar